Menlu Turki Sebut Belanda “Ibu Kota Fasisme”

Posted by rarirureo on 3/13/2017

Menlu Turki Sebut Belanda “Ibu Kota Fasisme”

METS, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, Minggu (12/3/2017), menyampaikan dalam pidatonya di Perancis bahwa Belanda adalah "ibu kota fasisme".

Menlu mengeluarkan pernyataannya itu ketika berada di Mets, Perancis, terkait dengan sengketa kampanye politik Ankara di antara imigran Turki di Eropa yg selalu memanas.

"Belanda, yg disebut ibu kota demokrasi, dan aku menyampaikan ini dalam tanda kutip karena mereka sebenarnya ibu kota fasisme, "kata Cavusoglu selama kunjungannya ke Metz, kota di Perancis timur laut.

Sebelumnya, Belanda melarang menteri luar negeri Turki itu mendarat di Rotterdam, di tengah perselisihan menyangkut kampanye politik Ankara di antara para imigran Turki.

Larangan Belanda membuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut negara sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu sebagai "sisa-sisa Nazi".

Insiden luar biasa muncul dua jam setelah Menlu Mevlut Cavusoglu menyampaikan ia mulai terbang ke Rotterdam kendati dilarang muncul dalam unjuk rasa di kota itu guna menggalang dukungan bagi menyapu kekuasaan baru yg diinginkan Erdogan.

Eropa, katanya, tak boleh "berlaku seperti atasan". Cavusoglu juga dilarang menghadiri kegiatan serupa di Hamburg, Jerman, minggu lalu, dan karena itu ia cuma berbicara di konsulat Turki.

Casuvoglu menuding Belanda memperlakukan banyak warga Turki di negara itu seperti "sandera", menjauhkan mereka dari Ankara.

Ia pun mengancam mulai mengeluarkan sanksi politik dan ekonomi berat seandainya Belanda menolak kedatangannya.

Ancaman itu membuat pemerintahan Belanda tidak ragu mengeluarkan keputusan. Dengan alasan ketertiban umum serta persoalan keamanan, Belanda tak mengeluarkan izin buat pendaratan penerbangan Cavusoglu.

Pihak berwenang Turki juga dilaporkan sudah menyegel kedutaan dan konsulat Belanda, kata sejumlah sumber pada Kementerian Luar Negeri Turki, di tengah meningkatnya perselisihan antara kedua negara menyangkut kampanye Turki di Eropa.

Turki juga menutup kediaman duta besar, kuasa usaha, dan konsul jenderal Belanda.

Sebelumnya, Menteri Urusan Keluarga Turki Fatma Betül Sayan Kaya dihadang oleh kepolisian Belanda bagi masuk ke konsulat Turki di Rotterdam, demikian menurut laporan NOS News.

Kementerian Luar Negeri Turki juga mengatakan, pihaknya tak menginginkan duta besar Belanda "untuk sementara ini" kembali ke Turki di tengah perselisihan kedua negara.

"Kami tak menginginkan duta besar Belanda, yg sekarang sedang cuti, bagi kembali ke penempatannya buat sementara ini. Mitra-mitra kalian telah dijelaskan bahwa keputusan besar yg diambil terhadap Turki dan masyarakat Turki Belanda mulai menimbulkan persoalan serius pada aspek diplomatik, politik, ekonomi, dan bidang-bidang lain,” kata Kementerian Luar Negeri Turki.


Source : internasional.kompas.com

Share this

Blog, Updated at: 20.00

0 komentar:

Posting Komentar