Jerman Dituduh Dukung Musuh Besar Erdogan, Fethullah Gulen

Posted by rarirureo on 3/20/2017

Jerman Dituduh Dukung Musuh Besar Erdogan, Fethullah Gulen

ANKARA, Hubungan diplomatik Jerman dan Turki berpotensi kembali memanas setelah pernyataan terbaru yg tiba dari Ankara.

Ibrahim Kalin, Juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan seperti dikutip Reuters, Minggu (19/3/2017), menuding Jerman mendukung Fethullah Gulen.

Gulen adalah ulama ternama Turki yg dituduh menjadi dalang kudeta militer yg gagal di Turki, tahun lalu.

Pernyataan Ankara muncul setelah Direktur Badan Intelijen Jerman Bruno Kahl dalam wawancara dengan Der Spiegel.



Saat itu Kahlmengatakan, Turki gagal meyakinkan Jerman bahwa Gulen adalah dalang kudeta gagal tersebut.

Kalin mengatakan, pernyataan Kahl yaitu bukti Jerman ikut mendukung Gulen yg menjadi musuh Presiden Erdogan.

“Ini yaitu upaya Jerman buat membantah kebenaran tentang keterangan yg sudah Turki berikan mengenai Gulen," kata dia.

"Hal tersebut menjadi bentuk dukungan mereka. Mengapa Jerman melindunginya?" sambung Kalin.

"Karena Gulen dan kelompoknya itu yaitu alat yg bisa digunakan Jerman buat melawan Turki,” tegas dia.

Pemerintah Turki menuding dua anggota gerakan keagamaan Gulen melakukan upaya kudeta yg menyebabkan hampir 300 orang tewas di Ankara dan Istanbul, Juli 2016.

Pada 15 Juli, tentara pembangkang merebut sejumlah tank, helikopter, dan pesawat tempur.

Mereka menyerang parlemen di Ankara dan menguasai jembatan Selat Bosporus di Istanbul.

Aksi tersebut adalah bagian dari upaya kudeta terhadap Pemerintah Presiden Erdogan. Namun upaya itu mampu digagalkan oleh pasukan yg masih loyal kepada Erdogan.

Gulen, yg menetap di Pennsylvania sejak 1999, sudah berulangkali menampik tuduhan terlibat dalam upaya kudeta tersebut.

Namun Ankara bersikeras, Gulen adalah dalang dari kudeta itu.

Hubungan Jerman dan Turki sedang panas menyusul larangan otoritas Jerman terhadap menteri Turki bagi menggelar kampanye terkait referendum yg mulai digelar bulan depan.

Erdogan berharap mampu memenangkan referendum yg mulai mewujudkan ambisinya bagi mengubah sistem pemerintahan Turki dari parlementer menjadi presidensial.

Jika ambisi itu terwujud, Erdogan berpotensi memimpin Turki hingga 2029 dan memimpin perayaan sesuatu abad lahirnya Republik Turki di tahun 2023.


Source : internasional.kompas.com

Share this

Blog, Updated at: 08.30

0 komentar:

Posting Komentar