JAKARTA, - Kekuatan citra atau brand power pariwisata Indonesia di dunia internasional masih sangat lemah.
Demikian hasil survei PT TNS, perusahaan konsultan yg dipercaya pemerintah melakukan survei citra Indonesia di 16 negara penjuru dunia.
"Indonesia kurang diketahui banyak pengunjung internasional," ujar Tenaga Ahli Deputi III Kantor Staf Presiden Erik Sumartono ketika memaparkan hasil survei, Senin (13/2/2017).
Berdasarkan wawancara kuantitatif pada 7.610 responden, 50 persen responden menyatakan pernah mendengar dan mengetahui banyak tentang Indonesia dan 50 persen responden menyatakan pernah mendengar namun cuma tahu sedikit tentang Indonesia.
Dari kelompok responden pertama, sebanyak 24 persennya menyatakan tak pernah berkunjung ke Indonesia dan cuma 26 persen yg menyatakan pernah berkunjung ke Indonesia.
Dari kelompok responden yg menyatakan pernah berkunjung ke Indonesia, sebanyak 21 persen menyatakan tak mengunjungi Indonesia secara rutin dan cuma 5 persen responden yg menyatakan mengunjungi Indonesia secara rutin.
"Dari pendapat responden itu, brand power paling kuat menurut para responden adalah Jepang, yakni dengan skor 14,8 persen dan Australia dengan skor 12,5 persen dan disusul Thailand dengan skor 9,4 persen. Indonesia berada pada skor 5,2 persen," ujar Erik.
Sejumlah faktor menjadi penyebab rendahnya brand power Indonesia di mata masyarakat dunia. Urutan pertama yakni aksesbilitas ke daerah wisata, disusul dengan keamanan dan stabilitas lingkungan dan kurang populer.
"Indonesia cuma dipandang kuat soal memberikan pengalaman yg berbeda dan unik dari pariwisata alam dan budaya serta orangnya yg ramah. Selain itu, Indonesia masih rata-rata dan lemah," ujar Erik.
(Baca: Deputi II KSP: Sentimen Anti-China Destruktif untuk Pariwisata)
Survei itu menyimpulkan dua hal. Salah satunya, pemerintah harus membangun perbedaan dari wisata di luar negeri.
Pemerintah disarankan mengolah aset pariwisatanya sehingga dapat memberikan pengalaman unik dan tidak terlupakan kepada turis asing.
"Selain itu, utama pula menghilangkan sejumlah hambatan, yakni mewujudkan peraturan yg jelas dan konsisten, menciptakan situasi yg aman serta menjamin keselamatan turis hingga meningkatkan infrastruktur transportasi ke lokasi," ujar Erik.
Source : nasional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar