- Industri film sudah mendefinisikan cinta sejati dengan cara paling menipu sepanjang masa.
Dr Fred Nour, seorang neurolog yang berasal California, AS, berargumen bahwa jatuh cinta yaitu proses sejumlah lapisan kimia dalam otak manusia.
Dia juga menyampaikan bahwa cinta bergulir menjadi kebiasaan adalah hal yg wajar dan itu bukan berarti Anda tidak lagi mencintai sang pasangan.
Pada buku terbarunya bertajuk True Love, Dr Nour mengeksplorasi sejarah cinta dan efek kimia pada tubuh manusia.
Pusat rasa cinta, kata Dr Nour, terletak pada otak. Sebab, bagian tubuh itulah yg merilis hormon-hormon bahagia dan positif.
Dia mengungkapkan bahwa ada beberapa hormon yg berperan dalam romansa dan cinta sejati, merupakan hormon monoamines dan nonapeptides.
Monoamines seperti dopamine yg memberikan rasa semangat dan antusias ketika sedang jatuh cinta. Kondisi ini umum terjadi pada fase awal hubungan.
Namun, bukti memamerkan bahwa semangat jatuh cinta mulai turun setelah hubungan berjalan beberapa tahun.
Hormon nonapeptides, kata Dr Nour, menolong rasa cinta buat menjadi kebutuhan bagi bermonogami dan komitmen pada sesuatu pasangan.
Dia menambahkan bahwa tawa dan intimasi yaitu penawar paling ampuh buat pasangan yg sudah melewati hubungan lebih dari beberapa tahun.
“Jatuh cinta itu mulai menjadi sebuah kebiasaan. Anda mulai bosan. Kondisi memang bergulir natural. Anda harus tetap mampu berusaha buat mempertahankan hubungan,” jelas Dr Nour.
Kemudian, dia menyampaikan bahwa banyak pasangan yg setelah fase beberapa tahun merasa rasa bosan dan kejenuhan itu sebagai sinyal ketidakcocokan.
“Setiap pasangan di dunia merasakan rasa bosan setelah beberapa tahun, penelitian sudah mengujinya, Anda perlu selalu mengusahakannya,” pungkasnya.
Source : female.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar