Gadis-gadis Cilik Rohingya Dijual Jadi Pengantin di Malaysia

Posted by rarirureo on 2/17/2017

Gadis-gadis Cilik Rohingya Dijual Jadi Pengantin di Malaysia

KUALA LUMPUR, Anak perempuan berbadan kurus dalam kerudung biru toska itu menahan tangis ketika ia mengenang apa yg terjadi saat ia melarikan diri ke Malaysia dari negara bagian Rakhine, yg dilandan konflik di Myanmar.

Hanya berusia 12 tahun ketika itu, ia dipaksa menikahi laki-laki yg tidak ia kenal dan usianya terpaut 10 tahun lebih tua, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Remaja itu, sekarang berusia 13 tahun, seperti ratusan anak-anak perempuan lainnya melarikan diri dari penyiksaan, kekerasan dan keadaan seperti “apartheid” di Rakhine, cuma bagi dijual kepada pria-pria Rohingya di Malaysia, menurut kelompok migran dan anggota komunitas.

Terpisah dari keluarganya ketika melarikan diri ke Malaysia, ia menyampaikan ia ditangkap oleh pedagang manusia dan ditahan selama berminggu-minggu dalam kamp yg kotor dan brutal di hutan dekat perbatasan Thailand-Malaysia dengan puluhan lainnya.

Penangkapnya menyampaikan seorang pria Rohingya bersedia memberinya kebebasan yang berasal ia mau dikawini.

"Agen (perdagangan manusia) itu menyampaikan aku sudah dijual kepada seorang laki-laki dan aku bertanya, bagaimana mereka tega melakukannya? Hati aku berat dan aku takut," ujar anak perempuan itu dalam sebuah wawancara di Kuala Lumpur.

Namun, Reuters tak mampu secara independen memverifikasi aspek-aspek ceritanya namun ibunya mengukuhkan ia ditahan di kamp selama berminggu-minggu sebelum dibebaskan.

Nasib anak perempuan itu hanyalah sesuatu ilustrasi dari kesulitan yg dihadapi banyak etnis Rohingya, kelompok minoritas di Myanmar, yg dianggap pemerintahnya sebagai imigran ilegal dari Banglades, dan memiliki hak-hak terbatas.

Sejak 2012, kekerasan dan konflik komunal sudah menewaskan ratusan Rohingya sementara puluhan ribu lainnya sudah melarikan diri, mencari perlindungan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Banglades.

Dalam razia baru-baru ini, tentara dan polisi melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan beramai-ramai serta membakar desa-desa di sebelah utara Rakhine, menurut laporan investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) awal Februari ini.

Sudah menjadi hal umum untuk perempuan Rohingya yg melarikan diri dari Myanmar buat menikah dengan pria-pria Rohingya di negara-negara tujuan, biasanya lewat perjodohan antara keluarga, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Beberapa dari pernikahan-pernikahan ini terjadi pada anak-anak di bawah umur. Namun, semakin banyak juga yg menjadi korban perdagangan manusia yg menjual perempuan dewasa dan anak perempuan kepada pria-pria Rohingya.

Matthew Smith, direktur eksekutif kelompok perlindungan migran dan pengungsi di Asia Tenggara, Fortify Rights, mengatakan, pihaknya sudah melihat peningkatan signifikan dalam jumlah pengantin-pengantin anak-anak menyusul meningkatnya kekerasan di Rakhine.

Tidak ada data statistik resmi berapa banyak anak-anak perempuan yg sudah dijual sebagai pengantin.

Tahun 2015, Komisioner Tinggi PBB buat Pengungsi (UNHCR) menyampaikan dalam laporannya bahwa mereka sudah mengidentifikasi 120 pengantin anak-anak Rohingya di Malaysia.

Walau demikian, UNHCR juga tidak mampu mendapatkan keterangan atau menjelaskan berapa dari anak-anak tersebut yg yaitu korban perdagangan manusia.


Source : internasional.kompas.com

Share this

Blog, Updated at: 14.30

0 komentar:

Posting Komentar