BONN, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi secara khusus menyinggung tentang ancaman terorisme global, ketika berbicara dalam forum Menlu G-20 yg berlangsung di Bonn, Jerman.
Menurut Menlu, ancaman terorisme ketika ini sangat nyata, semakin serius, dan membesar.
Buktinya, tak ada sesuatu negara di dunia yg bebas dari ancaman terorisme. Dalam 16 tahun terakhir, 93 negara sudah mengalami serangan terorisme.
Khusus buat serangan dari kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), jumlahnya meningkat dari 13 aksi pada 2014, menjadi 28 aksi pada 2015.
Terkait hal itu, Retno menegaskan, terorisme tak terkait dengan agama, bangsa, budaya, atau etnis mana pun.
“Upaya buat mengatasi ancaman dari terorisme membutuhkan kerja sama internasional yg kuat,” kata Retno.
Pernyataan Menlu ini dikutip dari siaran pers yg diterima Kompas.com, Sabtu (18/2/2017).
Retno menyoroti kecenderungan upaya pemberantasan terorisme yg dititikberatkan pada aspek penegakan hukum (hard power).
Menlu lantas menekankan pentingnya pendekatan soft power dalam menuntaskan masalah tersebut.
Dia menyebutkan, penjangkauan terhadap pemimpin komunitas dan organisasi agama yaitu hal yg tidak kalah penting.
Selain itu, program-program deradikalisasi, kontra-radikalisasi, dan dialog antar-agama yaitu berbagai kegiatan softpower yg mampu dilakukan.
Secara khusus, Retno menggarisbawahi pentingnya peran perempuan dalam meningkatkan kesadaran terhadap ancaman radikalisasi.
Menurut dia, perempuan, sebagai ibu, bisa mengajarkan toleransi dan moderasi kepada anak-anak sejak dini.
Hal itu diyakini bisa mencegah masuknya ajaran dan ideologi radikal.
“Memerangi terorisme harus memakai strategi yg pintar dan komprehensif, mengombinasikan strategi hard power dan soft power," cetus dia.
"Mengatasi akar masalah, dan memenangkan hati serta pikiran dari orang-orang yg telah telanjur menjadi radikal ataupun yg belum,” kata Retno.
Source : internasional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar