MAMASA, - Sekolah Dasar 014 Tallang Bulawan, salah sesuatu sekolah di Dusun Awo', Desa Tallang Bulawan, Kecamatan Pana', adalah salah sesuatu potret sekolah tertinggal di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Semua dinding cuma ditopang dengan bambu. Ukuran ruangannya tidak lebh dari 1,5 x 4 meter.
Pada siang hari, sekolah digunakan belajar, dan malam hari kerap jadi kandang atau tempat ternak, seperti kambing dan ayam.
“Karena sebagian dinding dan konstruksi bangunannya telah rusak, kalau malam hari itu kadang jadi kandang ternak juga. Jaraknya yg cuma dua meter dari permukiman warga membuat aktivitas belajar kerap terganggu,” ujar Boro, salah sesuatu guru di SD 014 Tallang Bulawan, Kamis (12/1/2017).
Sekolah yg berdiri sejak 6 tahun dulu ini berada di wilayah perbatasan Kabupaten Mamasa dan Tanah Toraja. Sekolah swadaya tersebut menjadi tempat anak-anak desa menggantungkan cita-cita dan harapan hidupnya.
Sejak didirikan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat, dua tahun lalu, gedung sekolah berdinding bambu dan beralas tanah ini belum pernah tersentuh bantuan renovasi dari pemda setempat. Padahal, di tempat ini terdapat 59 anak yg menuntut ilmu.
Sejak berdiri, sekolah ini sudah menamatkan siswa angkatan pertamanya. Tak ada fasilitas istimewa di sekolah ini. Ruangan guru dan kepala sekolah juga berfungsi sebagai tempat belajar.
Tak ada sarana perpustakaan, apalagi komputer, yg menjadi tempat para guru dan siswa tidak mengurangi ilmu pengetahuan.
Sekolah yg tepat berada di tengah-tengah permukiman warga ini juga memiliki 6 kelas dengan 6 guru kelas. Seperti sekolah pada umumnya, murid-murid mengikuti proses belajar mengajar sesuai standar kurikulum nasional.
Proses belajar mengajar di sekolah ini juga mengikuti jadwal secara normal, yakni pagi hingga siang hari.
Para guru dan siswanya berharap dapat memiliki sekolah dan sarana belajar yg layak. Namun, karena keterbatasan kemampuan dana warga, sekolah ini terpaksa berjalan apa adanya. Yang penting, siswa mampu belajar secara normal setiap harinya.
Bangunan sekolah yg berdempetan dan cuma berjarak dua meter dengan permukiman warga ini juga dikeluhkan para guru dan siswa. Sering kali suara-suara keributan atau aktivitas warga diakui sangat mengganggu konsentrasi siswa ketika belajar.
Di sisi lain, dinding bambu yg telah akan lapuk dan dua bagian yg bahkan telah rusak membuat ternak warga mampu leluasa masuk keluar sekolah. (K25-11/Junaedi)
Source : regional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar