- Lembaga intelijen AS milik bukti kuat bahwa Rusia berperan dalam memenangkan Donald Trump pada Pemilihan Umum Presiden 2016. Keterlibatan Rusia dikatakan gencar pada tahap terakhir kampanye.
Bukti-bukti yg terhimpun belum dapat diumbar secara menyeluruh ke publik. Hanya saja, berdasarkan kesimpulan terakhir, Rusia tidak cuma berhasil membobol sistem komputer Partai Demokrat (pendukung Hillary Clinton), namun juga punya Partai Republik (pendukung Trump).
Bedanya, dokumen-dokumen rahasia yg dibocorkan ke publik cuma dari Demokrat. Hal ini sedikit banyak memengaruhi elektabilitas Clinton di hadapan warga AS.
Dokumen dari Republik kebanyakan digunakan buat menyerang Demokrat, sebagaimana dilaporkan NYTimes dan dihimpun KompasTekno, Selasa (13/12/2016).
Belum jelas apakah Rusia memang berintensi bagi mendukung Trump atau tidak. Yang jelas, menurut intelijen, tujuan penting Rusia adalah merusak jalannya pemilu AS dan menjatuhkan integritas calon pemimpin.
Kemenangan Trump pun disebut-sebut mengejutkan Rusia. Namun, Clinton lebih dianggap sebagai ancaman sehingga Rusia berusaha meruntuhkan legitimasinya.
Dalam rapat antara White House,
Dibantah Trump
Trump pun angkat bicara soal keyakinan NSA dan CIA yg secara tidak segera meragukan kemenangannya. Ia menyampaikan Rusia tidak mungkin membantunya memenangkan pemilu.
"Saya tidak yakin Rusia menginterfensi," ujarnya.
Seandainya pun e-mail para pengurus Republik diretas, Trump percaya hal itu tidak mulai berpengaruh apa-apa dan tidak mulai dapat menyerang Demokrat,
Source : tekno.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar