- Berpegang pada keyakinan bahwa perubahan harus dikerjakan sendiri, warga Gang Tato, RT 004 RW 002, Desa Kemantren,
Ramainya aktivitas gubuk baca, secara perlahan menggeser kebiasaan pemuda Gang Tato. Dari mabuk-mabukan, kini mereka berkumpul buat membahas kegiatan positif. Lambat laun, jalanan Gang Tato yg dulu berserakan orang mabuk sambil memeluk botol minuman keras, kini hilang. Pemuda setempat malu mabuk-mabukan di depan anak-anak yg belajar. Bahkan teman-teman mereka yg tiba bagi sekadar mabuk bersama, juga akan enggan datang.
"Ya, memang tantangannya berat. Banyak teman-teman protes dan menyampaikan kita enggak asyik lagi. Tapi bagaimana lagi. Ini demi anak-anak kalian juga. Kami tak ingin anak-anak kita mengalami susahnya hidup seperti kami," kata Agung Prasetyo alias Delek (30), yg bekerja sebagai pengamen. Delek pun milik keahlian membuat tato.
Gang Tato memang dikenal sebagai kampung menakutkan sejak zaman kakek buyut Lukas dan Delek. Kampung itu lekat dengan semua stigma negatif yg pernah ada. Urusan berkelahi, mereka jago. Bahkan saking menakutkannya kampung itu, pada malam hari orang yang lain tak ada yg berani lewat di depan gang mereka. Menato tubuh menjadi hal lumrah. Gang Tato dihuni 45 keluarga. Rata-rata warga cuma lulusan SD.
"Kami lalu tak pernah milik teman anak baik-baik. Saat orangtuanya bertanya yang berasal kami, raut muka mereka segera berubah. Ujung-ujungnya kita tak diizinkan berteman. Kami juga tak mampu melamar kerja formal. Mana ada perusahaan mau menerima anak bertato lulusan SD," ujar Lukas, tertawa. Mereka pun lekat dengan kemiskinan.
Lambat laun mereka berpikir apa hal itu harus juga dirasakan anak cucu? Mereka tak ingin anak-anak seperti mereka. Mereka memilih buat berubah.
Pemuda Gang Tato dulu mencari keterangan bagaimana cara agar dapat bangkit. Lukas akan mencari info di media sosial. Ia berkumpul dengan Komunitas Jabung Bersatu, dan dua komunitas yang lain di media sosial.
Pustaka keliling
Bak gayung bersambut, Lukas dan teman-temannya akhirnya berkenalan dengan Fachrul Alamsyah (Irul), penggagas Gubuk Baca Lentera Negeri (GBLN) ke kampung itu. GBLN yaitu komunitas baca buat anak-anak kampung.
Irul masuk ke Gang Tato akan Mei 2016. Ia mengawali langkah dengan membuka pustaka keliling, menyasar anak-anak sekolah. Pustaka keliling dikerjakan dari teras rumah warga ke rumah warga lainnya. Hingga akhirnya, Agustus 2016, warga Gang Tato bekerja bakti bersama Irul, mewujudkan gubuk baca yg seperti ada ketika ini.
"Sejak awal aku cuma ingin menolong anak-anak kecil di sini, dengan mencukupi kebutuhan bacaan mereka. Saya ajak mereka bermain dan membaca. Lama-lama, orangtua dan keluarga mereka mendukung. Di sini,
Source : regional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar