DEMAK, - Kampus di Indonesia dinilai rentan disusupi paham-paham baru. Menristekdikti M Nasir mengatakan, oleh karena itu, tak dapat dipungkiri bahwa institusi perguruan tinggi, baik itu perguruan tinggi umum maupun agama, kerap menjadi sasaran gerakan radikalisme.
“Mahasiswa acap kali gampang tersulut emosi dan terpengaruh oleh pemikiran pemikiran baru. Karena itu, sebagai kaum intelektual, mahasiswa perlu kami bentengi dari pengaruh-pengaruh sesat,” kata Nasir seusai acara pembukaan Pekan Olahraga Seni Madrasah (Porsema) NU X Tahun 2017 LP Ma'arif NU Cabang Demak di Alun-alun Demak, Minggu (12/3/2017).
"Sebagai institusi pencetak generasi penerus bangsa, kampus harus kami bentengi. Jangan sampai terjadi kekerasan di dalam kampus karena dipicu persoalan sepele ataupun paham yg berbeda, terutama paham radikal," tambahnya kemudian.
Menurut Nasir, salah sesuatu upaya membentengi kampus dari paham radikalisme adalah dengan melakukan Gerakan Kampus Nusantara Mengaji. Gerakan ini, lanjut Nasir, yaitu bagian dari revolusi mental dan solusi mengatasi penyebaran radikalisme di lingkungan kampus.
Peluncuran Gerakan Kampus Nusantara Mengaji di 40 Perguruan Tinggi Negeri segala Indonesia dilaksanakan pada Jumat (10/3/2017) dulu di Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah.
"Mengaji setiap hari itu mampu membuat suasana hati menjadi tenang dan damai. Meminimalkan gerakan radikalisme di kampus," ujarnya.
Selain mampu menanggulangi radikalisme di kampus, Kampus Nusantara Mengaji juga bisa mencegah tawuran antar mahasiswa, serta mengurangi berbagai masalah pergaulan bebas di kampus.
“Untuk memperkuat bangunan intelektual kampus, sebaiknya mahasiswa tak cuma mengembangkan aspek rasional saja, mulai tapi juga harus mengasah keimanan dan spiritual. Semoga bangsa Indonesia tetap rukun dan damai dengan budaya mengaji,” pungkasnya.
(Baca juga: Meluncur dari Solo, Gerakan Mengaji Bareng di Kampus bagi Tekan Radikalisme)
Source : regional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar