DILI, - Hari ini, Senin (20/3/2017), warga Timor Leste berbondong-bondong menuju ke TPS bagi memilih presiden baru.
Mantan pemimpin gerilya menjadi kandidat kuat pemenang pemilu setelah didukung dia partai politik terbesar negeri itu.
Ini adalah pemilihan presiden pertama sejak pasukan penjaga perdamaian PBB ditarik pada 2012.
Namun, kekerasan yg dikhawatirkan mewarnai proses pemilu tidak terjadi sekaligus menjadi pertanda stabilitas politik di negeri termuda Asia itu.
Francisco Guterres atau lebih dikenal dengan nama Lu-Olo menjadi kandidat kuat presiden Timor Leste, yg meskipun cuma jabatan seremonial tapi berperan utama menjaga perdamaian antara para politisi yg berseteru.
Guterres adalah pemimpin partai terbesar kedua Fretelin dan juga mendapatkan dukungan dari pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao dengan partai CNRT pimpinannya.
"Saya percaya mulai menang, tidak mulai ada putaran kedua," ujar Guterres yg bersaing dengan tujuh kandidat lainnya, setelah memberikan suara di Dili.
Sesuai aturan, Guterres harus meraih di atas 50 persen suara bagi menghindari pemungutan suara tahap kedua pada April.
Pesaing terkuatnya dalam pemilihan presiden keempat setelah kemerdekaan pada 2002 adalah Antonio da Conceicao, politisi Partai Demokrat.
Presiden ketika ini Taur Matan Ruak telah menyatakan tak mulai mencalonkan diri lagi.
Sejumlah analis mengatakan, kemenangan Guterres mulai menolong stabilitas Timor Leste yg berulang kali diguncang kekerasan.
"Dari sisi stabilitas kemenangan Guterres mulai lebih baik, karena politik yg terlalu kompetitif mulai memunculkan ketegangan," kata Damien Kingsbury, pakar Timor Leste dari Unniversitas Deakin Australia.
Namun, Kingsbury menambahkan, absennya oposisi kuat juga menimbulkan kekhawatiran terkait akuntabilitas pemerintah.
Siapapun pemenang pemilihan presiden ini mulai mewarisi tantangan besar yg dihadapi negeri itu.
Timor Leste masih yaitu negara miskin dan pemerintah masih berjuang meningkatkan taraf hidup 1,1 juta rakyat negeri itu.
Selain melakukan diversifikasi pendapatan sehingga tidak tergantung minyak bumi, para pemimpin Timor Leste juga harus menyepakati batas laut dengan Australia.
Source : internasional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar