KABUL, Pemimpin kelompok pemberontak Taliban di Afganistan menyerukan agar warga menanam pohon, seiring dengan mendekatnya musim semi.
Tema pernyataan Taliban ini tergolong jarang, di tengah ancaman serangan berdarah tahunan, seiring datangnya musim semi.
Musim semi, secara tradisional menjadi awal dari masa pertempuran untuk para pemberontak ini.
Dalam masa ini, biasanya Taliban akan melancarkan serangan sebagai bagian dari kampanye penting mereka di berbagai tempat di negeri itu.
Mereka kerap menyebutnya sebagai "serangan tahunan musim semi".
Haibatullah Akhundzada, yg menjadi Kepala dari Taliban, meminta warga bagi menanam lebih banyak pohon.
Akhundzada menjadi pemimpin setelah pendahulunya tewas dalam serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat di Pakistan bulan Mei silam.
Seruan itu disampaikan melalui laman situs Taliban, seperti diberitakan AFP, Minggu (26/2/2017).
Akhundzada menyebutkan, pepohonan yaitu bagian utama dalam perlindungan lingkungan, pengembangan ekonomi, dan keelokan bumi.
"Para pejuang dan orang-orang yg mencintai negerinya harus bahu membahu dalam gerakan menanam pohon, dan tidak membutuhkan upaya besar dalam hal ini," kata dia.
Sediq Sediqqi, Juru bicara senior Kementerian Dalam Negeri menanggapi seruan tersebut.
Menurut Sediqqi, Taliban memang harus melakukan aksi itu, sebagai pengganti dari kebiasaan mereka menanam bom/ranjau.
"Mereka harus berhenti menanam bom/ranjau yg membunuh warga tidak berdosa di Afganistan, termasuk wanita dan anak-anak," kata Sediqqi.
Jumlah warga Afganistan yg menjadi korban di tahun 2016 saja, telah mencapai rekor terbesar dalam catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tercatat, ada 11.500 warga yg tidak terlibat dalam pemberontakan tewas dan terluka.
Sementara, lebih dari 3.500 anak-anak juga menjadi korban. Jumlah itu berkembang sebesar 24 persen dalam setahun ini.
Data tersebut tertuang dalam laporan PBB yg terbaru.
Dalam setahun di 2016, Afganistan juga menjadi negara dengan jumlah korban sipil akibat ranjau jalan, yg terbesar di dunia.
Source : internasional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar