Lenovo, Kasino, dan Cirque du Soleil

Posted by rarirureo on 1/08/2017

Lenovo, Kasino, dan Cirque du Soleil

LAS VEGAS, - Las Vegas itu seperti bayangan kami tentang surga di waktu malam. Begitu Chuck Palahniuk menuliskannya.

Cahaya lampu mengalahkan bintang-bintang, alunan musik terdengar di setiap sudut, dan seluruh macam pertunjukan, dan permainan tersedia di sana.

Di Vegas, orang berharap mampu mengubah nasibnya. Hampir setiap tempat di kota ini menawarkan perjudian. Kasino-kasino yg penuh warna dan cahaya ditata secara dramatis dan teatrikal.

Di kota ini doa-doa dipanjatkan ketika dadu dilemparkan dan mesin rolet berputar. Di meja-meja poker, orang memuja kartu As, karena di sini “Ace is not good, Ace is God.”

Nyaris semua permainan judi di Vegas mengandalkan keberuntungan, kecuali dua macam permaian seperti poker yg memerlukan keahlian juga. Namun permainan yang lain seperti dadu, rolet, black jack, dan mesin slot melulu tergantung pada nasib.

Orang tak mungkin menyusun strategi di depan mesin slot dan dadu yg berputar. Yang dapat dikerjakan cuma berharap keajaiban terjadi.

Namun apa yg berlangsung di Vegas tak melulu soal keberuntungan.

Di bagian yang lain kota ini, dalam acara Consumer Electronic Show (CES 2017) yg digelar awal Januari 2017, perusahaan-perusahaan teknologi sedang menunjukkan produk-produk mereka kepada para konsumen.

Semua berharap mampu memikat hati banyak orang lewat beraneka produk yg menakjubkan. Tapi buat menjadi pemenang pilihan konsumen, keberuntungan saja tak cukup.

Mereka harus menghadirkan produk yg sesuai kebutuhan para pengguna, dan lebih baik daripada produk yang lain yg tersedia, baik dari sisi kualitas maupun harga.

Bagaimana menghadirkan produk seperti itu? Lenovo, salah sesuatu perusahaan yg berpartisipasi dalam CES 2017 melakukannya dengan cara berbeda.

Different is Better

David Roman, Senior Vice President dan Chief Marketing Officer Lenovo, menyampaikan bahwa produk-produk yg mereka luncurkan adalah hasil riset terhadap keinginan pengguna.

“Kami mencari tahu apa yg dibutuhkan pengguna, apa yg mereka sukai. Kami dahulu menggunakannya buat mendesain produk kami,” kata David kepada jurnalis Kompas.com Agustinus Wisnubrata di Las Vegas,

Pendekatan yang lain yg dikerjakan Lenovo dalam produk gaming-nya adalah adanya lampu-lampu di keyboard di laptop Legion, karena berdasar riset, sebagian besar orang bermain game komputer pada malam hingga dini hari, sehingga kehadiran lampu di keyboard sangat membantu.

Selain itu Legion juga mampu terhubung dengan receiver Xbox One secara wireless karena banyak pengguna ingin memiliki pilihan ketika bermain, tak cuma memakai keyboard.

Di produk lain, seperti Miix dan Yoga, Lenovo mengadopsi keinginan para pengguna milenial yg dapat beraktivitas secara dinamis dan mobile. Maka kedua laptop itu gampang dibawa ke mana-mana dan dapat difungsikan juga sebagai tablet disamping notebook.

Dalam fungsi tablet, keyboard Yoga bahkan dapat turun menjadi rata agar tak terpencet, dulu timbul lagi bila layar dikembalikan dalam fungsi laptop.

Produk ThinkPad X1 Carbon yg terkenal karena ketangguhan, kinerja, dan presisinya juga disesuaikan dengan tuntutan pengguna masa kini menjadi lebih ringan dan daya tahan baterai hingga 15 jam.

Baca: Lenovo ThinkPad X1: Oleh Kami, Oleh Anda

Apa yg dikerjakan Lenovo ini yaitu hasil pengembangan selalu menerus dan riset yg berkelanjutan terhadap keinginan pengguna.

Menurut Dilip Bathia, dalam pengembangan produk, Lenovo mulai memulainya dengan pertanyaan “Why?”. Mengapa membuat produk ini? Apakah sesuai kebutuhan?

Proses itu mulai dilanjutkan dengan mendengarkan suara konsumen melalui riset, melalui media sosial, dan lewat masukan-masukan langsung, agar mampu menjawab pertanyaan apa sebenarnya yg paling diinginkan pengguna. Hasilnya kemudian dijadikan dasar bagi membuat produk yg lebih baik.

“Kita terus bertanya apa yg diperlukan orang-orang,” ujar Dilip. “Lalu coba membuat perbedaan agar menghasilkan satu yg lebih baik seperti brand image kalian Different is Better.”

Melalui proses itu Lenovo berharap menghadirkan produk yg memang sesuai kebutuhan, dan bukan sekedar melempar produk ke pasar dan berharap keajaiban terjadi seperti penjudi-penjudi ketika melemparkan dadunya.

Cirque du Soleil

Nah, bicara soal mendengarkan konsumen ini, aku jadi ingat soal cerita berdirinya Cirque di Soleil, sirkus gaya baru yg aku tonton di KA theatre MGM Grand, Las Vegas Rabu malam lalu.

“Sirkus Matahari” itu sudah mengubah wajah sirkus dunia, yg lalu identik dengan para gipsy pengembara yg memiliki keahlian tertentu dengan binatang-binatang sebagai pendukung pertunjukkan.

Sirkus para gypsi dianggap terlalu biasa, sehingga Cirque du Soleil mengembangkan pertunjukan yg dikemas dalam bentuk teatrikal, didukung wardrobe, tata panggung, cahaya, dan musik yg menakjubkan, bagi menghasilkan pertunjukkan yg spektakuler.

Karena mendengarkan apa yg diinginkan para penonton dan terus berinovasi dengan tema-tema baru, Cirque du Soleil berhasil menjadi sirkus paling terkenal di dunia.

Aksi Cirque du Soleil yg direncanakan dengan matang dan terinci membuat penonton berdecak kagum dan bertepuk tangan gemuruh. Teater pertunjukkannya terus penuh.

Berbeda dari tatapan nanar para penjudi yg kalah dalam permainan, malam itu di MGM Grand, aku dan penonton yg baru menyaksikan Cirque du Soleil menghabiskan malam dengan mata berbinar dan senyum puas.


Source : tekno.kompas.com

Share this

Blog, Updated at: 20.00

0 komentar:

Posting Komentar