JAKARTA, Pertumbuhan penetrasi smartphone dan media sosial yg tak diimbangi literasi digital menyebabkan berita palsu alias hoax merajalela di Indonesia. Informasi menyesatkan banyak beredar melalui aneka jalur digial, termasuk situs online dan pesan chatting.
Kalau tak hati-hati, netizen dapat termakan tipuan hoax, atau bahkan ikut menyebarkan keterangan palsu yg boleh jadi sangat merugikan untuk pihak korban fitnah.
Lantas bagaimana caranya agar tidak terhasut? Ketika dijumpai KompasTekno di sela deklarasi Masyarakat Anti Fitnah di Jakarta, Minggu (8/1/2016), Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yg mampu menolong dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjabarannya.
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax kerapkali membubuhi judul sensasional yg provokatif, misalnya dengan segera menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun mampu dicomot dari berita media resmi, cuma saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yg dikehendaki sang pembuat hoax.
Karena itu, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya cari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi,
2. Cermati alamat situs
Untuk keterangan yg diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yg belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya memakai domain blog, maka informasinya dapat dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yg mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yg telah terverifikasi sebagai situs berita resmi tidak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yg berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yg mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Dari mana berita berasal? Siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan lekas yakin apabila keterangan bersal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika cuma ada sesuatu sumber, pembaca tak dapat mendapatkan gambaran yg utuh.
Hal yang lain yg perlu diamati adalah perbedaan antara berita yg dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yg terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan bagi bersifat subyektif.
4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital, bukan cuma konten berupa teks yg mampu dimanipulasi, melainkan juga konten yang lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto buat memprovokasi pembaca.
Cara bagi mengecek keaslian foto dapat dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian mulai menyajikan gambar-gambar serupa yg terdapat di internet sehingga mampu dibandingkan.
Baca: Google Akui Belum Bisa Kontrol Berita Hoax di Hasil Pencarian
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen mampu ikut bertanya apakah suatu keterangan yaitu hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yg telah diberikan oleh orang lain. Semua anggota mampu ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yg memanfaatkan tenaga banyak orang.
Cara melaporkan hoax
Apabila menjumpai keterangan hoax, bagaimana cara mencegahnya supaya tak merugikan orang banyak? Pengguna internet mampu melaporkan hoax tersebut melalui sarana yg tersedia di masing-masing media.
Untuk Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan keterangan hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori yang lain yg sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook mulai menghapus status tersebut.
Untuk Google, dapat memakai fitur feedback buat melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung keterangan palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet bagi melaporkan twit yg negatif, demikian juga dengan Instagram.
Pengguna internet mampu mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id buat menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.
Baca: Laporkan Hoax di Internet dengan Aplikasi Ini
----------------------------------
Follow Twitter @KompasTekno dan Facebook KompasTekno agar tak ketinggalan berita-berita teknologi terbaru.
----------------------------------
Source : tekno.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar