PURWAKARTA, - Gereja Bethel Tabernakel, bukanlah bangunan yg megah. Luasnya tak lebih dari 200 meter dan berada di permukiman padat penduduk.
Dari luar, sekilas bangunan tersebut tak tampak seperti gereja. Terlihat serupa dengan rumah-rumah yg ada di sampingnya. Yang membedakan, di bagian atas bangunan tersebut terdapat tulisan Tabernakel dan papan pengumuman jadwal kegiatan rutin pada hari Minggu, Rabu, dan Jumat yg dihiasi dengan tanda salib.
Bagian dalam gereja pun sangat sederhana. Tak banyak interior yg menghiasi. Hanya sesuatu buah pohon Natal, mimbar, dan deretan dua kursi tempat beribadah.
Gereja ini berada di tengah permukiman muslim di Jalan Hidayat Martalogawa No 20 Purwakarta.
Dari 100 jemaat aktif di gereja tersebut, cuma dua orang yg tinggal di daerah itu. Sisanya berada di Cimaung dan Gandasari yg lokasinya cukup jauh. Namun, meskipun umat Nasrani sangat minoritas di lokasi tersebut, keberagaman sangat terasa.
“Warganya baik semua, seperti saudara,” ujar Pendeta Gereja Bethel Tabernakel, Matius Suhardi kepada Kompas.com, Kamis (22/12/2016).
Bahkan gereja yg didirikan tahun 1961 itu pun dibangun atas bantuan warga Muslim yg ada di sekitar lokasi.
“Gereja ini dibangun dari bantuan jemaat. Namun dalam proses pembangunan, tetangga muslim kadang membantu. Bahkan Bu Rohati, tetangga muslim aku di belakang, terus memberikan kita makanan,” ungkap Matius yg tinggal di sana sejak 1965.
Keberagaman itu terjalin hingga kini. Saat Lebaran, para tetangga berdatangan membawakan kue Lebaran, opor ayam, ketupat, dan makanan khas Lebaran.
Sementara ketika Natal, setiap tahun Matius terus membagikan kue.
Ketika ibadah berlangsung pun, banyak tetangga muslim yg menawarkan bantuan. Di antaranya menjadikan pelataran rumah mereka parkir, mengingat sempitnya lahan parkir yg dimiliki gereja.
“Saya berterima kasih kepada warga Purwakarta, pada pemerintahan setempat, telah mengizinkan kita membangun gereja di sini. Kami sangat damai di sini,” ucapnya.
Source : regional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar