TEHERAN, Iran memerintahkan para ilmuwannya, Selasa (13/12/2016), buat akan mengembangkan sistem kapal bertenaga nuklir.
Hal itu dikerjakan sebagai respons atas apa yg disebutnya pelanggaran Amerika Serikat terhadap kesepakatan nuklir yg diteken bersama enam kekuataan dunia pada tahun 2015, sebagaimana dilaporkan Reuters, Rabu (14/12/2016).
Pakar nuklir mengatakan, langkah Presiden Iran Hassan Rouhani itu, seandainya dilancarkan, kemungkinan memerlukan Iran mengembangkan uranium hingga ke tingkat di atas yg disepakati dalam kesepakatan buat menenangkan kekhawatiran terkait pengembangan bom atom Teheran.
Pengumuman Rouhani itu menandai tanggapan nyata pertama Teheran terhadap keputusan Kongres AS pada November 2016 buat memperluas sejumlah hukuman terhadap Teheran, yg juga mulai membuatnya lebih gampang menjatuhkan kembali hukuman, yg dicabut dalam kesepakatan itu.
Gedung Putih menyampaikan bahwa mereka mengetahui mulai hal itu dan menyatakan bahwa Rouhani menyampaikan seluruh pekerjaan terkait kapal itu mulai dikerjakan dalam batasan kesepakatan Iran.
"Pengumuman dari pihak Iran hari ini tak melanggar kesepakatan internasional bagi mencegah Iran memiliki sebuah senjata nuklir," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest dalam konferensi berita.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby menyampaikan bahwa AS meyakini Lembaga Energi Atom Internasional (IAEA), yg memantau lokasi nuklir Iran, mulai dapat menganalisa kepatuhan Iran terhadap kesepakatan itu.
"Terdapat banyak yg tak kalian ketahui terkair hal itu, apa arti hal itu," kata Kirby, mengacu kepada pengumuman Rouhani, dalam pengarahan berita pada Selasa.
Kegiatan nuklir laut adalah "usaha besar untuk negara mana pun" dan diperkirakan memerlukan waktu puluhan tahun buat berhasil, tambahnya.
Rouhani menjelaskan teknologi itu sebagai sebuah "mesin nuklir buat digunakan dalam kendaraan laut," namun tak menyampaikan apakah itu cuma kapal atau juga dengan kapal selam.
Teheran menyampaikan pada 2012 bahwa mereka mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir pertama mereka.
Pernyataan Rouhani bisa memicu ketegangan dengan Washington, yg memanas dikarenakan Presiden terpilih AS Donald Trump berjanji bagi menyingkirkan kesepakatan itu, yg mencabut sanksi terhadap Iran seandainya Iran menghentikan aktivitas nuklirnya.
Rouhani juga memerintahkan perencanaan produksi bahan bakar bagi kapal-kapal bertenaga nuklir "yang sejalan dengan pengembangan program nuklir damai Iran".
Namun, di bawah kesepakatan Nuklir yg dicapai oleh Iran dengan AS, Perancis, Inggris, Rusia dan China (anggota tetap Dewan Keamanan PBB) serta Jerman (anggota tak tetap DK PBB), mereka tak diperbolehkan bagi mengembangkan uranium di atas tingkat kemurnian 3,67 persen selama 15 tahun, sebuah tingkat yg diperkirakan cukup bagi menjalankan kapal.
"Dengan dasar pengalaman internasional, seandainya Iran menjalankan proyek (penggerak nuklir) itu, mereka perlu meningkatkan tingkat pengembangannya," kata Mark Hibbs, pakar nuklir dan petinggi dari Sumbangan buat Perdamaian Internasional Carnegie.
Pengembangan
"Itu intinya, karena Iran mulai mengusahakan peningkatan pengembangan non senjatanya itu maka kesepakatannya menjadi rentan," kata Hibbs.
Dia menunjuk bahwa sejumlah negara dengan armada laut dan program nuklir yg lebih mutakhir sudah mengerjakan reaktor penggerak selama puluhan tahun. Teknologi yg demikian kemungkinan memerlukan uranium yg dikembangkan hingga tingkat kemurnian 20 persen.
Sumber dari Kementerian Luar Negeri Rusia menyampaikan kepada kantor berita RIA bahwa pengkajian perintah Rouhani memperlihatkan bahwa dia cuma menyebutkan terkait pengembangan unit penyedia tenaga bagi kapal.
Meski demikian pengkajian itu tak terkait dengan bukanlah uranium murni itu sendiri, jadi "berbicara secara langsung" ini tak mulai menyalahi kesepakatan nuklir.
Namun, sumber itu membenarkan bahwa kapal yg demikian biasanya memerlukan tingkat uranium yg dilarang dalam kesepakatan.
Edwin Lyman, pakar nuklir dari Persatuan Ilmuwan Khawatir dari Washigton, menyampaikan pengembangan sebuah reaktor buat bahan bakar kapal nuklir mulai memerlukan waktu setidaknya sepuluh tahun.
"Namun, itu adalah pengembangan yg disayangkan. Kami sangat khawatir terhadap masa depannya (kesepakatan nuklir) di bawah pemerintahan Trump dan tanda-tanda pengikisannya harus ditangggapi dengans erius dan dibahas langsung oleh komunitas internasional," kata Lyman kepada Reuters.
Rouhani menuduh AS dalam sebuah surat yg dikeluarkan oleh kantor berita IRNA yg menyebut mereka tak memenuhi komitmennya dalam kesepakatan itu.
"Dengan adanya keputusan kongres AS terbaru bagi memperluas Langkah Sanksi Iran itu, Saya memerintahkan Organisasi Energi Atom Iran buat merencanakan desain dan pembangunan penggerak nuklir buat digunakan dalam kendaraan laut," katanya.
Anggota Kongres AS menyampaikan perluasan langkah itu tak menyalahi kesepakatan nuklir itu.
Langkah tersebut, Kongres menambahkan, cuma memberikan wewenang kepada Washington buat kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran seandainya mereka melanggar pakta.
Washington menyampaikan bahwa mereka sudah mencabut segala sanksi yg diperlukan di bawah kesepakatan Juli 2015 dahulu yg ditandatangani oleh Iran dengan sejumlah negara kuat di dunia.
Langkah Rouhani menyusul pernyataan terbaru dari Pemimpin Besar Iran Ayatollah Ali Khamenei dan sekutu garis kerasnya, yg mengkritik kegagalan kesepakatan itu buat memberikan perkembangan ekonomi di Iran.
Khamenei menyampaikan pada bulan dahulu bahwa perpanjangan sejumlah sanksi Kongres AS jelas yaitu pelanggaran dan Republik Islam itu "pasti mulai bereaksi".
Belum ada tanggapan segera dari IAEA di Vienna, yg memantau kegiatan nuklir Iran.
Source : internasional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar