- Peribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” benar-benar dapat diterapkan pada Kadek Prana Gita.
Bagaimana tidak? Putra Putu Evie Suyadnyani dan Vaughan Hatch, ini telah mampu memainkan musik tradisional Bali di usia enam tahun.
Lalu, berkat talentanya ini, dia terpilih menjadi salah sesuatu peserta perjalanan edukasi Nutrilon Royal One Step Ahead Camp Asia di Singapura oleh Nutrilon Royal.
Ditemui di Stamford American International School, Singapura, Selasa (20/12/2016), Kompas.com menggali lebih dalam mengenai latar belakang Prana dan keluarga yg selangkah lebih maju ini (one step ahead family).
Evie sendiri memang seorang seniman tari dan suaminya yg berasal dari Selandia Baru adalah seorang seniman gamelan. Mereka berdua memiliki pusat dokumentasi dan rekonstrusi kesenian klasik di Denpasar yg dinamakan Mekar Bhuana.
Putu Evie Suyadnyani dan Vaughan Hatch.
Walaupun demikian, orangtua Prana tak pernah memaksa kedua putranya bagi bermain musik. Mereka membiarkan Prana dan kakaknya, Gede Semara Richard, buat belajar sendiri dengan membiarkan mereka tumbuh di antara gamelan-gamelan kuno.
Kini, Semara telah menjadi seorang seniman dan yaitu komposer muda yg memulai karirnya di usia enam tahun, dan Prana juga tak mau ketinggalan.
Ketika ditanya mengenai rahasia dari kesuksesan ini, Evie menjawab, mungkin karena dari dalam kandungan, (mereka) telah mendengar dan belajar musik, selain aku sendiri sebagai ibu juga belajar. Itu memberi koneksi kepada anak.
Dia dahulu bercerita bahwa bakat Prana telah akan kelihatan di usia beberapa tahun saat dia memukul-mukul instrumen musik.
“Namun, di usia tiga tahun, Prana tiba-tiba merasa sedikit lebih malu. Jadi, kalian sebagai orangtua mencari tahu apa alasannya,” kata Evie.
Kadek Prana Gita mengikuti Ngayah dan bermain bagi upacara keagamaan.
Ternyata, Prana mempunyai persoalan sembelit karena ketidakcocokan dengan produk susu sapi yg membuatnya merasa tak nyaman dan minder.
Hal ini membuat putra Evie merasa malu dan bermain musik sembunyi-sembunyi hingga usia empat tahun, saat dia akhirnya memberanikan diri bagi memamerkan talentanya bermain musik di depan orangtuanya.
“Nah, waktu itu memang telah terbentuk grup keluarga dan kebetulan kita diundang ke International Percussion Festival di Korea Selatan karena Semara sudah menciptakan empat komposisi. Kami pun mengajak Prana ke sana tanpa ada niatan buat membuatnya ikut tampil,” cerita Evie.
Namun, siapa sangka bahwa di hari yg utama tersebut, Vaugh jatuh sakit karena demam berdarah. Melihat hal itu, Prana pun menawarkan dirinya bagi menggantikan Vaughn tampil di festival tersebut.
"Saya terkejut sekaligus bangga melihat dia menggantikan bapaknya bermain gamelan selonding,” ucap Evie.
Kadek Prana Gita di kelas sepakbola Camp Asia.
Sejak itu, Evie dan Vaughn pun akan memupuk bakat Prana. Mereka memberikan stimulasi dengan meletakkan berbagai instrumen musik seperti gamelan, suling, genggong, keyboard dan drum di sekitar rumah agar Prana penasaran dan coba sendiri.
Selain itu, Vaughn juga terus peka menyadari kapan harus mengganti-ganti instrumen musik agar anak-anaknya tak jenuh.
Lalu, tidak jarang bermain musik ini ternyata juga memiliki berbagai manfaat. Evie menyampaikan bahwa bermain musik bisa meningkatkan kemampuan otak kanan dan otak kiri anak.
Vaughn juga menambahkan bahwa pelajaran tari yg dienyam anak-anaknya sejak dini meningkatkan keseimbangan mereka sehingga koordinasinya menjadi lebih bagus dan tak gampang jatuh.
“Satu lagi, karena grup gamelan dan selondeng kan cukup besar, jadi mereka mulai belajar buat bersama dalam sesuatu komunitas dan tak memaksakan ego. Lalu, juga karena musik gamelan kan tak pakai notasi, jadi memorinya terlatih,” ujarnya.
Source : female.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar